Rembang,mediatajam.com – Biaya Pembangunan dan Pemindahan pasar kota Rembang ke lokasi baru yang telah di rencanakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang yang rencananya akan dimulai tahun 2022 mendatang membengkak
Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengatakan rencana pembangunan Pasar Kota Rembang di lokasi bekas pasar kambing, Kampung Baru, Desa Sumberjo biayanya membengkak.
“Dari yang semula Rp 90 Miliar menjadi sekira Rp 120 Miliar, karena ada penambahan bangunan,” ungkapnya. Senin (8/3)
Hafidz membeberkan desain bangunan pasar yang baru merupakan gabungan antara konsep tradisional dengan konsep modern.
“Bangunan lantai paling atas untuk barang-barang agak mewah, layaknya seperti ADA Mall di kota Pati,” terangnya.
“Jadi hitungan terbaru, butuh biaya
Rp 120 Miliar, karena ada penambahan-penambahan bangunan. Pasar tersebut akan kami beri ruang untuk barang-barang yang mewah, di lantai paling atas. Biar nantinya orang Rembang tidak kemana-kemana, kalau belanja tetap di Rembang,” tuturnya.
Setelah pasar dipindah, lanjut Hafidz bekas pasar Rembang sekarang ini nantinya akan dialihfungsikan menjadi ruang terbuka publik.
Sehingga antara lokasi tersebut dengan pasar Rembang yang baru akan tersambung.
“Saya ingin kota Rembang ini nyambung, dari ruang terbuka publik dengan pasar, jaraknya kira-kira hanya 200-300 meter. Biar kanan kirinya ke barat tumbuh menjadi kompleks perbelanjaan,” imbuhnya.
Hafidz menambahkan pihanya memastikan pembangunan pasar Rembang dimulai tahun 2022 mendatang. Ia menilai ada sejumlah keuntungan bagi pedagang. Seperti kepraktisan, tidak mengeluarkan biaya dan akan mendapatkan tempart berjualan lebih representif.
“Kalau pembangunan tetap dipasar yang sekarang, pedagang harus dipindah dulu. Setelah jadi, pedagang mengembalikan barangnya lagi, ini butuh waktu 2 tahun. Kalau pedagang besar, mungkin tidak masalah. Kalau pedagang lesehan, kan kasihan. Penghasilan habis untuk ongkos angkut barang. Lagi pula pasar dipindah, pedagang tidak kita kenakan biaya,” tukasnya.
Sementara itu, Ketua paguyuban Persatuan Pedagang Pasar Rembang (PPPR) Ahmad Rifan kepada wartawan mengatakan seluruh pedagang pasar Rembang mempunyai usulan pasar Rembang dibangun tetap pada lokasi saat ini.
“Sampai saat ini masih berusaha dan ikhtiar berkomunikasi dengan banyak pihak terkait, termasuk Legislatif dan Eksekutif juga,” imbuhnya.
Rifan menyebut kondisi pasar Rembang yang terlihat semrawut tersebut harusnya ada solusi dari pihak terkait. Karena kondisi pasar Rembang sejak 2011 sampai 2021 ini masih berstatus bangunan darurat.
“Sudah 10 tahun atau 1 Dasawarsa, sejak 2011 setelah terjadi kebakaran sampai 2021 ini kondisi pasar Rembang masih berstatus bangunan darurat,” ungkapnya.
Lebih lanjut kata Rifan pembangunan pasar diperlukan dengan sistem moda transportasi terpadu, basement pakir kendaraan dan lokasi bongkar muat barang.
Sedangkan kapasitas lantai 1 dan 2 dipisahkan untuk komoditas basah dan kering.
“Sehingga bisa menampung 2500 lapak kios dan los, baik pedagang yang berkatadag atau tidak berkatadag yang berada di dalam dan luar pasar,” imbuhnya.
“Intinya semua pedagang baik berkatadag atau tidak berkatadag menginginkan pembangunan pasar Rembang tetap di lokasi saat ini, agar kedepan lebih baik,” tandasnya . (San)