Tajam News

Gusdurian Unwahas Memaknai Islam Ramah Bukan Marah

Semarang, Mediatajam.com – Gusdurian Unwahas bekerjasama dengan Aswaja Center mengadakan diskusi publik dengan tema Islam Nusantara, Agama Baru?yang diikuti mahasiswa dan dosen di gedung C1.07 kampus I Universitas Wahid Hasyim, senin (29/04/2019) malam.

Koordinator Gusdurian Unwahas Dien, menuturkan tantangan terbuka dalam menjaga idiologi khususnya kampus Sebagai tombak Generasi penerus ketika lulus bisa menebarkan pemahaman Aswaja dengan menebarkan Virus perdamaian bahwa islam itu Ramah Bukan Marah,karena banyak sekali kampus disusupi Faham Radikalisem,

H. Abu Hapsin, PhD., mengungkapkan bahwa Islam Nusantara bukan hal yang rumit, itu merupakan perpaduan antara Islam yang universal dengan budaya lokal yang sudah ada.

Saya contohkan di Purwodadi, berdoa adalah hal yang universal, kemudian dipadukan dengan budaya lokal sedekah bumi. Jadi berdoa itu bisa di mana saja, di sawah, di jalan, dan lainnya,ungkapnya.

Dia juga menjelaskan bahwa dalam beragama harus bisa seimbang, karena keseimbangan adalah keindahan. Islam Nusantara juga merupakan pola manhaj yang paling baik dan cocok dengan berhadapan dengan budaya lokal.

Islam Nusantara akan menjadi Islam mainstream di dunia, tuturnya.

Dr. H. Muh. Saifuddin, MA., Dosen Fakultas Agama Islam menuturkan bahwa Allah berfirman mengenai berbangsa, bernegara. Penciptaan langit dan bumi dan perbedaan bahasa, warna kulit, etnis, dan sebagainya.

Orang mengatakan bahwa bahasa Arab lebih baik dari bahasa Jawa, semua bahasa itu sama. Bahasa Arab adalah bahasa dari Tuhan, bahasa Jawa juga sama, bukan dari bahasa Dewa,ungkapnya.

Islam Nusantara, Islam yang sama dengan yang lainnya, tidak ada bedanya, Islam yang dapat merangkul budaya lokal, bukan agama baru ataupun sesat.pungkasnya.*m.syifak