REMBANG,mediatajam.com – Minimnya pembeli dari luar daerah dan masih beredarnya garam impor dipasaran.
Membuat harga garam rakyat
di Kabupaten Rembang beberapa waktu ini anjlok .Berdasarkan informasi yang ada, sementara harga saat ini di kisaran Rp 900 hingga Rp 1.000 per kilogram.
H.Pupon salah satu pengrajin garam di Rembang mengatakan, dibandingkan dengan harga pada saat musim produksi, justru kini harga garam semakin turun drastis, bahkan bisa dibilang anjlok.
Sementara itu, kondisi tersebut sudah dirasakan para petani dan pengusaha garam sejak awal bulan Januari 2019, harga garam berkisar antara Rp 1100 – Rp 1000.
Tak hanya itu, kondisi tersebut diperparah pada bulan Februari sampai sekarang, harga garam lokal di tingkat petani tinggal
Rp 700.
“Desember, Januari sudah mulai turun. Harga sudah mulai Rp 1000 – Rp 1100, terus Februari Rp 700 – Rp 800. Awalnya pada musim kemarau harga garam premium Rp 1400 – Rp 1500. Waktu Desember sudah mulai menurun, sudah memburuk, harga garam premium tinggal Rp 1000 – Rp 1100,” jelasnya.
Ia menilai, turunnya harga garam di musim ini tidak wajar. Sebab, biasanya pada saat turun hujan harga semakin mahal, karena petani tidak lagi memproduksi garam.
“Ini tidak biasa, harga garam justru semakin merosot di musim penghujan, kalau tahun tahun sebelumnya malah naik,” imbuhnya.
Faktor lain penyebab merosotnya harga garam di tingkat petani, karena minimnya pembeli dari luar daerah. Saat ini pun stok garam petani melimpah, dan masih beredarnya garam impor dipasaran.
“Kalau musim lalu, pembeli dari luar daerah yang biasa memborong garam petani, kali ini tidak ada. Masih banyak garam impor berkeliaran di pasaran yang membuat harga jatuh,” terangnya.
Oleh sebab itu, melalui Pupon, petani garam rakyat di Rembang berharap pemerintah mencari solusi, agar tidak berdampak buruk terhadap garam lokal, khususnya terhadap anjloknya harga.(san)