BLORA ,Mediatajam. Com – Candra (14) putra Pasangan Suami Istri (Pasutri ) Rustak dan Yuntari warga Desa Plosorejo Kecamatan Banjarejo Kab. Blora ini kondisinya memprihatinkan.
Sebab anak laki laki yang menginjak dewasa tersebut mengalami pertumbuhan tak selayaknya anak pada umumnya.
Ya, kondisi fisik Candra sangat memprihatinkan. Khsusunya di bagian kepalanya yang tak dianggap normal seperti orang biasanya. Yakni lebih kecil.
Kemudian di bagian tubuh Candra juga kurus hingga terlihat tulang belulangnya. Kedua tangan dan kaki Candra juga kaku tidak bisa digerakkan. Akibat penyakit tersebut, Candra tidak bisa berjalan.
Sementara itu, dalam kesehariannya, Candra hanya tergolek di tempat tidur dan sesekali dalam gendongan ibunya.
Di suatu sisi, untuk makan dan buang air, Candra juga harus dibantu kedua orang tuanya. “Kalau makan harus dengan sayur, kalau nasi saja gak bisa masuk. Kalau makan ya begini suaranya, seperti mengerang”, kata Suntari, Ibu Candra saat ditemui di rumah orang tuanya, di desa Plosorejo RT 004 RW 002 desa Plosorejo Kecamatan Banjarejo, Selasa (27/11).
Dari penuturan Suntari kepada media, anaknya didiagnosa dokter menderita penyakit Microchepalus atau Hydrocepalis, pengecilan tulang kepala. Penyakit tersebut diderita anaknya sejak lahir di sebuah rumah sakit di daerah kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
“Saat lahiran normal. Hanya saja, saat itu ukuran kepala agak kecil. Tapi berat badannya ideal, anaknya juga sehat tidak ada masalah”, Tutur Suntari.
Dia melanjutkan, penyakit itu semakin parah saat menginjak usia 4 bulan. Setelah 4 bulan berjalan, anaknya mengalami demam tinggi.
Kemudian pihaknya memeriksakan Candra ke seorang bidan di Indramayu. Bidan teraebut lalu menyuntik di bagian kaki anak tersebut.
“Awalnya tidak apa-apa. Tapi waktu usia 1 tahun anak saya mengalami kejang, kedua tangan dan kakinya menjadi kaku tidak bisa digerakkan hingga saat ini”, ungkapnya.
Sementara itu, Rustak ayah Candra mengaku sudah berulang kali memeriksakan anaknya di rumah sakit maupun di pengobatan tradisional saat masih merantau di Indramayu.
Setelah itu, ia sekeluarga memutuskan untuk pulang kampung ke Blora. Di sisi lain, hingga saat ini anaknya belum sekali menjalani pemeriksaan lantaran keterbatasan ekonomi.
“Kalau dulu di Indramayu saya punya Askes, jadi berobat gratis. Tapi sekarang gak punya. Jadi saya ikhlas saja saya rawat di rumah. Mau berobat juga mahal, gak ada uang. Saya kerja serabutan, sementara istri saya di rumah merawat Candra”, Timpal Rustak.
Istri ketua RT setempat Siti Imroatin mengaku sudah melaporkan kasus tersebut ke bidan desa. Pihak kepala desa juga sudah menjenguk kondisi Candra, namun hingga kini belum ada penanganan.
“Saya sudah lapor ke bu bidan, saat posyandu. Sudah dicek. Pak lurah juga sudah kesini, memberi uang, tapi kok gak ada penanganan lanjutan. Saya juga gak tahu harus laporan kemana, wong saya ini juga gak paham apa-apa”, ungkap Siti.
“Kalau saya pengennya mereka dapat bantuan rutin, karena memang kondisinya kurang mampu. Kemarin juga sudah saya usulkan ke pak mantan Carik agar dapat bantuan rumah di belakang sini. Selama ini mereka kan juga masih ikut orang tua”, pungkas Siti.(Hasan Yahya)