REMBANG ,mediatajam.com – Sebanyak 551 orang pengawas Pemilu mengikuti apel siaga yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Rembang Jumat pagi (12/4).
Apel siaga yang diikuti oleh ratusan orang pengawas terdiri dari Bawaslu Kabupaten, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Desa, dan sebagian pengawas TPS yang ada di kabupaten Rembang
diselenggarakan di depan Kantor Bawaslu setempat jalan Gatot Subroto itu dimulai pukul 08.00 WIB.
Pembina apel dalam kegiatan tersebu , adalah Ketua Bawaslu Rembang, Totok Suparyanto.
Pada kesempatan itu, Totok membacakan sambutan tertulis yang disampaikan oleh Ketua Bawaslu RI, Abhan.
Dalam sambutan tertulisnya, Abhan mengemukakan pada tanggal 17 April 2019 seluruh anak bangsa yang berhak memilih akan menggunakan hak pilihnya. Pemilu kali ini merupakan pengalaman baru, karena akan dipilih secara serentak, yakni Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota.
Aspek keserentakan dari Pemilu kali ini, kata Abhan, menjadi ujian besar bagi Bawaslu sebagai lembaga pengawas Pemilu yang telah 11 tahun mendedikasikan dirinya menjaga hak pilih rakyat.
Selama berlangsung nya tahapan Pemilu tahun 2019, Bawaslu telah melakukan berbagai upaya serius guna mengakselerasi kesiapan dan kematangan seluruh jajaran dalam menghadapi setiap tahapan Pemilu, termasuk menyiapkan penyelenggaraan pengawasan masa tenang, hari pungut hitung, rekapitulasi, kesiapan penanganan pelanggaran, dan potensi sengketa proses pemilu.
Dibeberkan Abhan, sebelum memasuki hari pemungutan dan penghitungan suara, jajaran Bawaslu terlebih dahulu dihadapkan dengan tugas mengawasi masa tenang yang dimulai dari tanggal 14 sampai dengan 16 April. “Masa ini merupakan salah satu fase krusial dalam pelaksanaan Pemilu yang akan menguji integritas seluruh elemen bangsa termasuk didalamnya Bawaslu dan Peserta Pemilu,” kata dia.
Sebab, lanjut dia, berdasarkan pengalaman kita baik pada agenda pemilihan kepala daerah maupun agenda Pemilu sebelumnya, masa tenang cenderung diwarnai dengan praktik-praktik kecurangan seperti politik uang, propaganda isu SARA, penyebaran berita bohong untuk saling menjatuhkan diantara sesama peserta, bahkan tak jarang terjadi benturan kekerasan antar massa pendukung peserta Pemilu.
Salah satu persoalan klasik lainnya yang sering dihadapi adalah melibatkan uang dalam jumlah yang tidak rasional, untuk memengaruhi pilihan masyarakat pemilih. Menurutnya, politik uang jelas-jelas melecehkan kecerdasan pemilih, merusak tatanan demokrasi serta meruntuhkan harkat dan martabat kemanusiaan. “Oleh karena itu, seluruh jajaran pengawas Pemilu bersama-sama dengan masyarakat kita tolak dan lawan politik uang, demi Pemilu yang bersih, berintegritas dan bermartabat,” kata Abhan.
Ditegaskan Abhan, gelaran ”Apel Patroli Pengawasan Anti Politik Uang Pada Masa Tenang” ini bertujuan untuk membunyikan alarm atas kesiapan pengawas dalam melakukan pencegahan.
Gerakan patroli pengawasan ini dapat dimaknai sebagai gerakan etik dan moral, bahwa Bawaslu sanggup mendemonstrasikan suatu keunggulan berdemokrasi pada basis karakter sejati anak bangsa yang beradab, cinta perdamaian, menjunjung tinggi semangat kekeluargaan, menghargai setiap perbedaan diantara sesama anak bangsa.
Dalam sambutan itu, Abhan berharap kepada semua jajaran pengawas agar membaca dan mempelajari dengan seksama setiap data yang tersaji dalam Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) 2019. Hal ini untuk menuntun proses perencanaan strategi pencegahan dan pengawasan di wilayah masing-masing. (San )