REMBANG,Mediatajam.Com – Tujuan digelarnya srawung segara ini untuk mengingatkan kepada masyarakat luas tentang batapa pentingnya menjaga dan melindungi laut beserta isinya.
Selain itu kegiatan srawung segara yang didalamnya ada larung sesaji ini tidak dimaknai bahwa laut dijaga makhluk halus. Tetapi yang menjaga adalah makhluk Allah SWT
Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Hafidz saat pembukaan srawung segara dalam rangka memperingati hari jadi ke-277 kabupaten Rembang, Pemkab Rembang yang digelar di pantai pasir putih, dusun Wates, desa Tasikharjo, kecamatan Kaliori, hari senin (23/7/2018)
“Ritual ini jangan sampai dijadikan momentum untuk acara yang berseberangan dengan keyakinan. Karena srawung segara bertujuan kita dituntut untuk menjaga dan melindungi laut. “
Bupati menjelaskan salah satu wujud srawung segara adalah dengan menjaga laut dari limbah dan pencemaran laut. Sehingga Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kabupaten Rembang supaya menindak tegas terhadap perusahaan yang tidak mempunyai IPAL akan berdampak pada kebersihan laut. Karena kalau perusahaan tidak mempunyai IPAL dibiarkan beroperasi akan mencemari laut.
“LH jangan takut kalau perusahaan ikan yang tidak punya IPAL yang memadai untuk mengolah limbah ditutup. Jangan sampai terbius kalau perusahaan ditutup. Wong do nganggur. Itu kuno. Semua saling butuh. Harus tegas. Perusahaan yang tidak bisa menangani limbah. Harus ditindak sesuai aturan.” Imbuhnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata (Dinbudpar) kabupaten Rembang – Dwi Purwanto menambahkan digelarnya srawung segara untuk menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap seni tradisional, ajang kreativitas remaja dalam bidang seni, meningkatkan daya apresiasi seni terhadap masyarakat, mengenal serta mencintai lingkungan di sekitar laut/pantai dan meningkatkan daya tarik wisata di kabupaten Rembang.
Dwi Purwanto menerangkan acara srawung segara yang digelar selama 2 hari yaitu senin (23/7) dan selasa (24/7) diisi dengan kegiatan larung sesaji, pameran fotografi dan lomba fotografi, panggung seni dari perwakilan sekolah dan perguruan tinggi, diskusi fotografi, tari komposisi, kethoprak padat lakon segara maupun kolaborasi wayang dan musik reggae.(Hasan Yahya)