REMBANG,Mediatajam. com _ EM (40) tahun warga Dukuh balong Desa Karas Kecamatan Sedan mengalami nasib memprihatinkan Pasalnya ,pria yang hidup sebatangkara ini dikucilkan masyarakat karena terkena virus HIV-AIDS.
Akibat pengasingan dan penolakan warga itu hampir sebulan lamanya EM terpaksa menempati bangunan tak terpakai alias musalla bekas kantor Polsek Sedan atau tepatnya di pertigaan desa Karas
Salah seorang tokoh masyarakat Karas Sedan Ahmad Baligh mengatakan, sekitar satu bulan lalu, EM diantar oleh perangkat desa Kota Bogor menuju Rembang dalam kondisi sakit.
Selain itu perangkat desa Bogor yang mengantar tersebut juga sudah mengantongi alamat dan nomor telpon Pak Sobari yang dikenal teman EM.
“Saat itu di Sedan sangat ramai sebab ada pengajian haul. Sehingga EM akan dibawa ke puskesmas tertunda.
Akhirnya keesokan harinya dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RSU Dr. R. Soetrasno Rembang,” katanya.
Setelah dirawat di RSUD, EM terkesan diabaikan dan diduga pihak rumah sakit sudah memvonis HIV AIDS kepada EM. Sehingga kondisi tak menentu pihak warga Sedan yang peduli dengan kondisi tersebut terus membawa pulang ke desa setempat.
“Saat itu yang mengurusi dan yang dicari memang Pak Sobari. Setelah pulang dari RSU, EM sempat berpindah pindah satu rumah ke rumah warga yang peduli. Namun warga lainnya tetap menolak. Dan akhirnya EM ditempatkan di musholla bekas Polsek Sedan terdahulu,” ungkapnya.
Dari pantauan Selasa (7/11) kemarin, musholla bekas kantor polsek Sedan tersebut sudah dalam keadaan lusuh dan kumuh lantaran tak terpakai.
“Termasuk pihak keluarga yang saat ini sejatinya masih ada tinggal di desa tersebut juga menolak. Takutnya ya menular,” ucapnya.
Di sisi lain, saat ditanya mengenai langkah apa dari pihak desa setempat, ia mengutarakan bahwa sampai satu bulan ini EM masih terlantar.
“Saya prihatin secara kemanusiaan. Apa pun penyakitnya, (seharusnya) kita menolong demi kemanusiaan. Ada orang baik, warga desa yang bersedia merawatnya di mushola bangunan kosong itu sampai saat ini. Ya meskipun dari informasi yang ada, dahulunya EM tidak pernah peduli dengan saudara.
Namun jangan karena dosa masa lalu, EM tidak bisa diperhatikan. Itukan masa lalunya EM dengan keluarga. Kita jadi warga harus bisa memperhtikan,” ujar dia.
Baligh menyebut, kondisi fisik dari EM sudah cukup memprihatinkan.
Ia mengalami batuk keras dan kehilangan tenaga untuk beraktivitas. Tubuhnya pun kurus dan tidak mampu berjalan secara mandiri.
Ketua Konselor HIV Kabupaten Rembang, dokter Samsul Anwar mengatakan, harapannya yakni warga tidak mengucilkan atau menolak keberadaannya.
“Kami berharap masyarakat tidak mengucilkan agar yang bersangkutan bisa bersosialisasi secara normal. Penularan hanya terjadi jika berhubungan badan, transfuse darah, atau penggunaan jarum suntik secara bersama,” jelasnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun saat ini EM dirawat dan ditunggui salah satu warga setempat bernama Hafidz selama 24 jam nonstop di Puskesmas Sedan dan ditempatkan di kamar Melati 1
Kepala UPT.
Puskesmas Sedan dr. Joko Paryanto mengakui bahwa hal ini tentunya bisa diibaratkan ketiban sampur. Dan untuk kemanusian dan hal yang urgent ya ditangani saja
“Kalau mengenai sistem perawatan sekarang memang harus sesuai dengan kependudukan (KTP). Terlebih EM inikan warga Depok, namun untuk kemanusian dan urgent ya kita tangani saja,” kata dr. Joko.
“Kita tempatkan di kamar Melati 1. Selain itu di sana juga ditunggui salah satu warga yang bersedia menunggui EM,”
Kemudian saat ditanya mengenai kondisi EM terkini, ia mengutarakan bahwa kondisinya lebih baik dibanding sebelum dibawa ke puskesmas.
“Saat ini sudah terlihat segar, bisa berdiri sendiri, makan dan lainnya dibandingkan sebelum di bawa ke sini. Sebab setelah dibawa ke sini tentunya asupan makanan lebih baik. Intinya yakni penyakit semacam itu (HIV/AIDS) harus mendapatkan asupan yang baik.
Jika tak mendapatakan asupan yang layak, maka akan bisa kembali menurun,” paparnya.
“Kita juga mempertanyakan mengenai satu hal. Yakni bilamana sudah sehat dan sudah diperbolehkan pulang, maka kedepannya di saat kondisinya menurun, maka yang akan mengatasi siapa.
Terlebih sistem perawatan sekarang memang menggunakan kependudukan.
Sementra itu, saat diwawancarai wartawan , EM mengakui bahwa ia mendapati penyakit itu sekitar 3 bulanan. Dan itupun sudah tak bekerja lagi di induatri Garmen wilayah Bogor.
“Saya tahu penyakit ini sekitaran 3 bulanan lalu. Di saat sudah tak bekerja lagi di perusahaan garmen Bogor. Namun setelah sehat, saya akan kembali lagi mencari kerja. **Hasan