Budaya

Melihat Lebih Dekat Aktivitas Santri Ponpes Al -Anwar Sarang

REMBANG – Mediatajam Ribuan santri dari seluruh pondok pesantren  yang ada  Kabupaten Rembang  mengikuti upacara dalam rangka memperingati Hari Santri ke 2 yang jatuh pada hari ini. Sabtu  (22 Oktober 2016.)

Usai mengikuti kegiatan upacara dan parade Hari Santri Nasional yang dipusatkan di Alun – Alun Kota Rembang , ribuan santri tersebut kembali  ke pondok pesantren masing – masing  melanjutkan aktivitas belajar , Seperti apa yang dilakukan.       santri Ponpes Al Anwar Sarang asuhan KH Maimun Zubair.  Dikomplek pondok pesantren siang itu terlihat rutinitas para santri kembali berjalan seperti biasa , mereka berkumpul bersama menghafal kitab imriti  dan berdiskusi fiqih di musala.  Sebagian lain, ada yang  ikut kerja bakti  membersihkan lingkungan sekitar pondok . Aktivitas lain, potong rambut dan ada pula yang memasak dan melayani makan para santri di kantin pondok.

Pengasuh Ponpes Al – Anwar Sarang KH Maemun  Zubair saat ditemui mediatajam.com dikediamannya  menjelaskan ditetapkannya.  22 Oktober sebagai Hari Santri  sebagai bentuk penghargaan Pemerintah terhadap ulama dan santri . bahkan Kyai  Kharismatik yang akrab disapa Mbah Mun mengungkapkan jauh – jauh hari telah menginstruksikan kepada seluruh santrinya untuk menggelar upacara pada peringatan  Hari Santri

“Momentum Hari Santri ini tentunya sekaligus dijadikan tonggak untuk memupuk rasa nasionalisme , Saya berharap  kepada pemerintah menetapkan  Hari Santri menjadi hari libur  nasional “terangnya

Sementara itu Ketua Pondok 3, Muhammad Abdul Mufidz  menjelaskan, pondok Mbah Mun masih mempertahankan salaf tulen. Menurutnya, untuk bisa belajar kitab kuning mulai dari nol hingga benar-benar menguasai kitab dengan baik butuh sekitar 10 tahun dengan rincian, 2 tahun  pesiapan dasar, kemudian masuk  jenjang muhadaroh,  kelas 1-6 madrasah, dan  3 tahun aliyah.

”Namun, terkadang kalau telah menguasai pendidikan dasar . Bisa langsung masuk muhadarah,” terangnya.

Lebih lanjut Kata Mufidz  seluruh santri Al anwar wajib mengikuti jenjang  pendidikan yang sama. Bahkan, didorong hingga ke jenjang mahdad ali yang sekarang disetarakan S1-nya ilmu salaf pondok.

”Alhamdulillah jenjang mahdad ali mulai tahun ini sudah disetarakan dengan lulusan S1 tasyawuf. Demikian juga Muhadarah, telah disetarakan dengan lulusan aliyah, ” ujarnya.

Mufidz mengaku, sangat menikmati mondok di Sarang. Bahkan, hingga di tahun ke-11 ini, dia belum berniat untuk boyongan dari pondok.”Insallah masih kerasan. Apalagi, tiap tiga bulan sekali saya bisa pulang kampung,”bebernya

Dia mengakui,  mondok di Sarang memang sulit air, khususnya untuk mencuci pakaian. Namun baginya dan ribuan santri-santri lain, kendal air tidak menjadi hambatan dan menyurutkan niat  untuk menimba ilmu.
“Awalnya memang  butuh adaptasi. Tetapi, kalau sudah kerasan di pondok ini , banyak yang enggan boyongan,“terangnya .

Selain kediaman dalem.                KH Maemoen Zubair Setidaknya ada tiga bangunan utama pondok, masing-masing, di depan (sebelah timur) dalem, ada bangunan dua lantai dan tiga lantai.
Bangunan itu, untuk lantai bawah digunakan sebagai musala sekaligus aula mengaji dan kantor pengurus pondok. Sementara, lantai dua untuk kamar santri.  Sisi barat kediaman kyai dan sebelah utara , ada dua lantai dan tiga lantai bangunan, semuanya diperuntukkan untuk kamar santri dan aula.

Bangunan-bangunan tersebut, sengaja dibuat bertingkat karena keterbatasan lahan. Pondok pesantren Al Anwar menampung sekira  4 ribu santri dengan jumlah kamar sebanyak 134 ruangan. Sehari-hari, meski berada di tengah-tengah perkampungan suasana belajar santri berjalan dengan baik.(Hasan)