Rembang,mediatajam.com – Menjadi anggota Polri tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Selain melindungi mengayomi serta melayani masyarakat . Tentunya juga harus mampu menjaga keamanan serta ketertiban.
Namun di tengah tugas dan tanggung jawab yang berat itu, tak menyurutkan kreatifitasnya
Bripka Eko Santoso salah satu angota Bhabinkamtibmas Polsek Lasem.
Ia meluangkan waktu untuk mempercantik halaman kantornya dengan tanaman bonsai hasil karya seninya.
Tak hanya itu saja ,selain rutin turun ditengah tengah masyarakat untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Setiap bulan sekali Bripka Eko Santoso juga meluangkan waktu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang seni mengerdilkan tanaman.
Didepan halamam kantor
tempat ia berdinas terlihat ada beberapa tanaman bonsai hasil karya seninya.
Saat ditemui wartawan
Bripka Eko menceritakan dihalaman Polsek Lasem ini ada sekitar 7 tanaman Bonsai. Tingginya yang sudah diletakkan di pot sekitar 20 sampai 30 sentimeter sedangkan lainnya masih dalam tahap perawatan. y
Yang paling menonjol diantara bonsai-bonsai ini adalah hasil dari pengkerdilan Kimeng. Bonsai itu paling panjang jika dibanding yang lainnya.
“Ukuran pot sekitar satu meter diisi tiga pohon , bagian batang dan cabang sudah terbentuk, begitupun dengan daun-daunnya usianya hampir sekitar lima tahun pohon ini pernah ditawar Rp 5 juta,”ungkapnya
Menurut Eko meskipun pohon bonsai itu sudah nampak elok namun masih belum sempurna seutuhnya.
Jemarinya lalu menyentuh mengikuti alur lekukan pohon.
Untuk memberikan penjelasan secara luas tentang tanaman bonsai , anggota Bhabinkamtibmas Polsek Lasem itu menunjukkan secara detail bagaimana tata cara menanam dan merawat agar karya seninya berhasil sempurna.
Seperti ukuran cabang, batang dan rimbunnya daun,
Jika melihat bagaimana cara dia memberikan penjelasan masalah bonsai sepertinya dia terlihat sudah mahir dan menguasai cara menanamnya .
Eko menjelaskan ia senang dan mengenal tanaman bonsai serta mulai menggeluti seni mengerdilkannya sejak tahun 2005 lalu.
Dia mengenal bonsai dari saudara dari situlah Ia mulai belajar tentang bagaimana cara perawatan dan pembuatannya dengan mengikuti saudaranya saat mencari bahan.
”Dulu bahannya jeruk kikit tiga tahun kemudian, tren bonsai mulai turun.
Baru sekitar 2018 kembali moncer lqgi.
Melihat itu, Eko pun kembali berkarya.
Pria yang sudah bergabung menjadi anggota Polri sejak 2006 itupun berkumpul bersama orang-orang yang se-visi misinya. Hingga pada 2018, terbentuklah komunitas Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Rembang.
Saat ini, ia menjabat sebagai sekertaris ,dari 15 orang sekarang berkembang menjadi 300 an orang.
Eko pun semakin semangat mencari bahan-bahan untuk bonsai. Sampai-sampai mendapat komentar dari warga.
”Polisi ngusungi kluruhan (sampah) tekan omah lapo (ngapain),”katanya
menirukan ”Ya gak papa, yang penting hati senang,” ujarnya memberikan jawaban.
Biasanya, Eko berburu bahan-bahan di hutan atau di rumah-rumah warga apabila menemui limbah ranting atau batang pohon yang tak terpakai.
Sampai-sampai di masyarakat, ia dikenal sebagai Pak Eko si penyuka bonsai.
Pernah suatu ketika, ada seorang tukang becak yang masuk ke Polsek Lasem. Membawa bagian pohon beringin yang ditaruh dalam dispenser keramik.
Bapak tukang becak itu ingin menawarkan bahan bonsai itu kepada eko. ”Ya saya beli,” katanya.
Bagi dia, merawat bonsai itu menyenangkan.
Sekarnag ia sudah menjadi pembudidaya.
Dari situ ia merasa terbantu secara ekonomis. Eko menjual bahan bonsai bekisar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.
”Dengan waktu luang saya, mending saya berkarya dalam bonsai,” ujarnya.
Tak hanya dia sendiri yang merasakan dampak dari bonsai. Tetangga di sekitar rumahnya juga demikian.
Jika ada yang memiliki limbah pohon, merekapun menawarkan kepada Eko.qq
Ada tetangga menawarkan ringin dua, saya beli Rp 250 ribu,” ujarnya.
Sekitar enam bulan yang lalu, di Lasem, Eko diminta teman-temannya untuk membentuk paguyuban.
Kata Eko, mereka ingin belajar bersama membuat bonsai.
Saat ini ada 60 anggota. Awalnya, mayoritas dari anggota tak mengetahui tentang cara membonsai.
”Hanya minoritas yang tahu,” ujarnya.
Eko pun dipercaya sebagai ketua.
Perkumpulan itu ia jadikan sebagai wadah untuk saling berbagi ilmu. Sebulan sekali dilaksankan anjangsana ke rumah-rumah anggota. Dalam kurun enam bulan, para anggota pun sudah bisa berpenghasilan dari bonsai.
Meski demikian eko menekankan kepada anggotanya, jika hendak membuat bonsai semaksimal mungkin mencari bahan-bahan dari limbah. Supaya blebih bermanfaat.
Apabila mencari di alam, harus mempertimbangkan dampak limpungan.
Jangan asal menggali dan mengambil bahan untuk bonsai saja” tegasnya.
Kalaupun terpaksa harus mengambil, setelah itu wajib menancapkan bibit atau potongan cabang dan tolong kembalikan posisi tanah seperti semula,” pungkasnya( HMY)