Jakarta, media tajam. Com-Indonesia berada di ambang peluang emas yang hanya datang sekali dalam sejarah bangsa. Bonus demografi, fenomena di mana penduduk usia produktif mendominasi struktur populasi diprediksi mencapai puncaknya pada 2030 hingga 2045, membuka potensi luar biasa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan nasional.
Namun, peluang ini tak datang tanpa tantangan. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka hingga mantan Kepala Bappenas Suharso Monoarfa sepakat: tanpa kesiapan sumber daya manusia dan kebijakan inklusif, momentum berharga ini bisa berubah menjadi beban sosial yang besar.
Indonesia tengah memasuki periode bonus demografi, yakni kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) lebih besar dibandingkan usia non-produktif.
Fenomena ini diperkirakan mencapai puncaknya 2045. Kondisi ini menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan inklusif.
Suharso Monarfa mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menyatakan bahwa bonus demografi berpotensi mendorong peningkatan produktivitas nasional jika dikelola dengan baik.
“Kita memiliki peluang untuk mempercepat pembangunan dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, asalkan kita mampu menyediakan lapangan kerja, pendidikan, dan kesehatan yang memadai bagi penduduk usia produktif,” katanya Selasa (24/04/25).
Hal ini di perkuat dengan pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang beberapa hari lalu membuat video monolong yang diunggah dalam akun you tube pribadinya membahas pentingnya bonus demografi yang diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2030 hingga 2045.
Ia menekankan bahwa periode ini merupakan kesempatan emas yang hanya terjadi sekali dalam sejarah bangsa, di mana sekitar 208 juta penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif. Wapres Gibran mengajak generasi muda untuk mengambil peran aktif dalam memanfaatkan momentum ini demi kemajuan Indonesia.
Ia juga menyoroti tantangan global seperti ekonomi, geopolitik, dan perubahan iklim yang harus dihadapi dengan adaptasi dan kolaborasi.
Selain itu Wapres Gibran juga menekankan bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dan membutuhkan partisipasi semua pihak, terutama generasi muda, untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Keuntungan utama dari bonus demografi antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui kontribusi tenaga kerja produktif.
2. Peningkatan tabungan nasional karena jumlah penduduk yang bekerja lebih besar.
3. Peluang inovasi dan kreativitas dari generasi muda yang dominan.
Namun, di balik peluang tersebut, terdapat tantangan besar yang harus segera diantisipasi:
1. Pengangguran usia muda yang tinggi akibat ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri.
2. Ketimpangan akses pendidikan dan kesehatan, terutama di wilayah terpencil.
3. Ancaman beban sosial dan ekonomi jika populasi usia produktif tidak dapat terserap dalam pasar kerja.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengoptimalkan bonus demografi, termasuk program peningkatan kualitas SDM, diantaranya adalah mencanangkan program Makan Siang Bergizi Gratis (MBG).
“Sebelum kita mendidik anak-anak kita, sebelum menyehatkan anak-anak kita, sebelum kita mengarahkan anak-anak kita untuk jadi apa ini dan itu, berilah makan bergizi yang cukup,” kata Rachmat Pambudy, kepala Bapenas saat ini.
Revitalisasi pendidikan vokasi, dan reformasi kebijakan ketenagakerjaan jugamerupakan hal penting dalam menyampaikan bonus demografi.
Dukungan dari sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas sangat diperlukan untuk memastikan potensi ini tidak berubah menjadi beban di masa depan.**Nanta/Red