REMBANG, Mediatajam.com_ Mencermati perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan mendatang disertai dengan perkembangan pendidikan Teknologi Informasi (TI), terutama dalam menumbuhkan Islamic technological-attitude (sikap berteknologi secara Islami) dan technological-quotient (kecerdasan berteknologi)
Tentunya membuat lembaga pendidikan pondok pesantren dituntut untuk terus berinovasi sebagaimana dilakukan Yayasan Pesantren Al-Hamidiyah, Lasem, selama satu dasawarsa terakhir.
Berawal dari majelis Taman Pendidikan al-Quran (TPQ) yang secara sederhana oleh Almarhum Kiai Haji Ahmad Thoifur MC pada tahun 1975 silam, Al-Hamidiyah kini menjelma jadi salah satu lembaga pesantren pelopor. E-learning terkemuka di Kabupaten Rembang. Mengusung pendidikan formal namun tanpa meninggalkan pembelajaran tradisional ala pesantren.
Pengasuh Al-Hamidiyah Islamic Center, Luthfi Thomafi, mengungkapkan, Pembelajaran berbasis komputer dan online kini diterapkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Avicenna, yang berdiri sejak 2012 di bawah naungan yayasan ini, berfokus di bidang kesehatan meliputi jurusan farmasi dan keperawatan.
Menurut Gus Luthfi, sapaan akrabnya, pesantren dewasa ini tidak cukup hanya istiqomah dengan pembelajaran tradisional, namun juga harus inovatif. Sehingga merupakan tantangan bagi dunia pesantren dewasa ini memajukan pendidikan di pesantren.
“SMK Avicenna didirikan agar masyarakat dikenalkan dunia kesehatan berbasis Islam. Pondok pesantren itu kan sangu untuk akhirat, tapi SMK itu kan mencari dunia. Bagaimana mengintegrasikan pendidikan berbasis akhirat dan pendidikan berbasis dunia,” ungkapnya Minggu (4/12).
Dia menyebutkan, E-Learning digitalisasi pendidikan yang dilakukan di SMK Avicenna makin memudahkan dalam mengakses pelajaran. Tiap mata pelajaran kini sudah bisa diakses hanya lewat layar tablet dan laptop masing-masing siswa. Sedangkan para guru dituntut kreatif, sanggup membuat modul pelajaran sendiri yang disesuaikan semangat pembelajaran Islam. “Semua santri diperbolehkan membawa tablet dan laptop sendiri sebagai perangkat pembelajaran E-Learning dengan akses internet cepat. Bagi siswa yang tidak mampu memiliki tablet tentunya kami beri fasilitas,” tuturnya.
Selain memiliki SMK yang fokus di bidang kesehatan, yayasan Al-Hamidiyah yang namanya terinspirasi KH. Abdul Hamid, ulama masyhur dari Pasuruan, Jawa Timur, juga mendirikan Madrasah Ibtidaiyah yang berlokasi di Kecamatan Pancur pada tahun 2007 silam. Sementara Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Avicenna didirikan pada 2011. “Sekolah tersebut didirikan demi memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Sebelumnya, pelajar dari luar mengaji di TPQ sepulang sekolah. Saat ini bagi masyarakat sekitar boleh memilih nyantri atau tidak,” ujarnya.
Meski terus berinovasi pada pendidikan formal, Al-Hamidiyah tetap melestarikan pembelajaran agama. Mulai dari pelajaran Al-Quran, Fiqih, Tafsir, Hadis, serta Akhlak menjadi kurikulum wajib di pesantren ini. Setiap hari seusai jam sekolah, seluruh santri mengikuti kajian Al-Quran. Sedangkan tiap sebulan sekali juga dilakukan khataman. “Minimal bagi lulusan kami sudah lancar membaca Al-Quran bi al-Nadzhor. Selain harus lulus ujian praktek salat, memandikan jenazah, dan ibadah lain sesuai Syariat Islam,” tandasnya.(Hasan M Yahya)