Jawa Timur, mediatajam.com – “Selain, makam Gunung Kawi yang merupakan tempat peristirahatan terakhir Kanjeng Kyai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono, dua tokoh kharismatik yang pertama kali babat alas di Gunung Kawipada abad ke-19.
Jauh lebih tua di atasnya, terdapat pertapaan “Kraton Gunung Kawi” yang berada di tengah-tengah kesejukan hutan pinus Perhutani Jawa Timur. Untuk mencapai tempat ini diperlukan waktu setengah jam dari ” Makam “.
Kraton Gunung Kawi secara administratif berlokasi di Dusun Gendogo, Desa Balesari Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang pada Selasa (12/11/2019).
Situs “Kraton Gunung Kawi” ini menurut salah seorang juru peliharanya, menjelaskan sama wartawan mediatajam.com, “sudah ada sejak tahun 861 masehi dan tercantum dalam sebuah prasasti di Puncak Batutulis, Gunung Kawi.
Kraton Gunung Kawi ini memang sengaja dibuat jauh dari keramaian oleh pendirinya yaitu Mpu Sindok dari kerajaan Mataram. Walaupun bernama kraton, sesungguhnya bangunan ini tidak memiliki bentuk fisik yang begitu megah karena memang fungsinya sebagai tempat pertapaan.
Dan dibangun pada masa dinasti Syailendra tepatnya setelah berdirinya candi Borobudur.
Diceritakan bahwa pada waktu itu, karena terjadi perselisihan, Mpu Sindok harus pindah dari wilayah Jawa Tengah ke Jawa Timur dan akhirnya membangun pertapaan sendiri di gunung Kawi. Untuk membangun pertapaan tersebut, Mpu Sindok menandainya dengan menanam 5 pohon beringin.
Diketahui bahwa pada tahun 1200 masehi, raja dari kerajaan Kediri yang bernama Prabu Kameswara memilih untuk turun tahta dan menjadi pertapa dengan memilih lokasi gunung Kawi sebagai sanggar pertapaannya.
Kedudukan raja Kediri ini kemudian dilanjutkan oleh putranya yaitu Prabu Jayabaya. Bahkan Prabu Kameswara ini juga melakukan hal yang sama dengan Mpu Sindok yaitu moksa di tempat tersebut.
Hijrahnya Mpu Sindok yang merupakan penguasa Mataram ke gunung Kawi rupanya menjadikan daerah tersebut memiliki tuah. Tercatat bahwa beberapa raja di Jawa pada era yang lebih baru juga mengunjungi tempat pertapaan tersebut. Mereka mencoba melakukan pertemuan spiritual dan meminta ilham dari Mpu Sindok yang bertapa dan moksa di tempat itu.
Pada abad ke-20, tempat tapa ini juga masih sering digunakan dan dipercaya memiliki kekuatan spiritual. Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia, serta Supriyadi, salah satu pahlawan nasional disebut pernah melakukan tapa di tempat ini untuk menenangkan hati dan mendapatkan ilham.
Setelah ditutup selama 10 tahun, wilayah ini kembali dibuka pada tahun 1974 dan mengalami pemugaran sekitar 1978-1980. Saat ini, walaupun wilayah ini tak seramai pesarean gunung Kawi, tapi kraton gunung Kawi masih dipercaya memiliki pusaran energi spiritual untuk membantu menyucikan diri dan menenangkan hati.**Hudallah Basir