REMBANG ,Mediatajam. Com _ Lima orang korban penyanderaan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Kembelibanti Tembagapura, Papua Barat asal Kab Rembang telah tiba di kediamannya masing masing. Kamis (23/11/17) dini hari.
Kelima korban itu masing masing bernama Ngarjani (53) warga RT1 RW 1, Ngadirin (40). Warga RT 2 RW 1, Wiji Utomo (32) warga RT 2 RW 1 dan , Hendra Budi Alisangkar (20) warga RT 3 RW 1 Desa Pohlandak. Sedangkan Hendri Wiyono warga Desa Gemblengmulyo, Kecamatan Pancur.
Kelima warga korban penyandraan itu dipulangkan dari Timika Papua melalui jalur udara bersama warga asal Kab Demak lainnya yang menjadi korban penyandaraan di sana.
Ngarjani salah satu korban saat diwawancari beberapa wartawan di kediamannya menceritakan berbagai hal yang menegangkan. Baik mulai dari menghadapi KKB yang menggunakan senjata tajam kampak maupun busur panah dan lainnya.
Korban warga Rt 1 Rw 1 Desa Pohlandak Kecamatan Pancur, bercerita saat penyandaraan pihaknya bersama ribuan orang lainnya di Kampung Kembelibanti Tembaga Pura Papua Barat.
“Kalau tak keliru, sekitar awal Oktober KKB datang ke bascam atau penginapan para pekerja dengan membawa senjata. Namun wajah mereka tak dapat dikenali alias diberikan loreng lorengan,” terangnya Kamis (23 November 2017).
Hanya saja, saat ditanya oleh pekerja, KKB tersebut berdalih dilakukan untuk mengkroscek dan mengontrol. Namun mereka juga sembari menggunakan senjata tajamnya kepada para korban sandra.
Saya hampir kena perut, berkali-kali beruntung bisa menghindar,” tuturnya
Di sisi lain saat ditanya mengenai waktu penyandaraan tersebut ia mengaku bahwa dilakukan oleh KKB selama lebih kurang sebulan. Mulai dari Oktober hingga November
“Saat di dalam Kampung itu, kita diawasi kita dipantau menggunakan senjata tajam. Bahkan tak bisa keluar ke mana mana. Justru kita yang cari makan buat mereka. Mau gimana lagi, kita mau kabur juga gak bisa. Sekeliling kampung sudah hutan, kalaupun bisa lolos dari mereka, kita tetap akan mati di tengah hutan,” tambahnya.
“Kampung itu adalah sebuah kampung yang hingga saat ini masih belum diakui. Penghuninya berjumlah ribuan orang rata2 bersenjata yang berasal dari kampung tetangga,” bebernya .**Hasan Yahya