Budaya

Budaya Asrah Batin Desa Ngombak – Karanglangu Akan di Laksanakan 6 November 2016

Grobogan,mediatajam.com – Budaya syarat makna di gelar ratusan warga desa Ngombak dan Karanglangu, kecamatan Kedungjati. Ritual yang di namai Asrah Batin, di warnai arak-arak ratusan warga Desa Karanglangu, menemui desa saudara mereka warga Desa Ngombak di tepi sungai Tuntang.  Sekadar ingin menemui warga Ngombak, arak-arakan warga karang langu yang terdiri atas orang tua dan anak – anak, rela berpanas  panasan melintasi kawasan hutan jati sejauh tujuh kilometer .

“ Ritual ini terkait dengan kepercayaan masyarakat terhadap Kedhana – Kedhini, yaitu Raden Bagus sutejo dan Raden Ayu Roro Mursiah yang merupakan sesepuh kami. Mereka berdua diyakini sebagai pendiri desa Karanglangu dan Desa Ngombak. Sebagai saudara tua Karanglangu sengaja menemui warga Ngombak untuk mempererat  jalinan persaudaraan,” Sebagai pimpinan acara adalah Kepala Desa, Kepala Desa berpakaian jawa lengkap dengan Beskap dan Keris berselip di punggung. Dia berdiri di tepi sungai Tuntang, menungu kedatangan arak – arakan warga desa Karanglangu yang tengah bersiap menyeberang ke barat.

Busana yang di kenakan  tidak terpisahkan dari kisah awal berdirinya desa Ngombak dan Karanglangu, ratusan tahun lalu. Di tepi sungai, hampir serupa,kepala desa Karanglangu bersiap menyeberang juga mengenakan pakaian adat Jawa diikuti rombongan warga. Khusus Kepala Desa Karanglangu, disiapkan Joli ( Tandu) agar tidak basah ketika menyeberang sungai.

ANGKAT JOLI

Belasan Pemuda warga Desa Nombak berotot kekar kemudian mengangkat  Joli menuju ketepian sungai sebelah barat. Kemudian Kepala Desa  Ngombak dengan di dampingi camat Kecamatan Kedungjati dan ratusan warga Ngombak menyambut kedatangan Joli berisi Kepala Desa Karanglangu dengan suka cita. Dari tempat itu rombongan bergerak ke pendopo kepala Desa Ngombak yang berjarak sekitar 300 meter dari sungai. Segala hal berkenaan dengan prosesi itu, akhirnya dijelaskan secara gamblang oleh pranata adicara (pembawa acara), ketika arak – arakan singgah di pendopo/kediaman Kepala Desa Ngombak, Prosesi ini tak lain untuk mengenang Kedhana – Kedhini sebagai cikal bakal desa tempat tinggal mereka. Keduanya adalah kakak beradik yang sempat hidup dengan keprihatinan setelah terusir dari rumah.

Mereka sempat berpisah, meski akhirnya di pertemukan kembali ketika memasuki usia dewasa. Kedhana ketika iti telah berhasil mendirikan Desa Karanglangu, Semantara Kedhini bersusah payah mendirikan Desa Ngombak.

Karena lama tidak pernah berjumpa, mereka jatuh cinta ketika suatu saat bertemu. Hari dan waktu untuk menikahkan telah ditetapkan oleh keduanya,dan akhirnya mereka berencana untuk mengadakan pernikahan. Namun,  Sebelum berlangsung , Kedana merasa ada yang aneh dari calon isrinya. Luka yang sama dengan pelipis sebelah kananya,sedangkan luka yang dimiliki adiknya pelipis sebelah kiri,  Keanehan itu terlihat dari tanda tanda luka di tubuh Kedini yang mirip dimiliki adiknya sewaktu kecil. Keanehan itu pula akhirnyan membuka tabir rahasia mereka sebagai kakak beradik.

Perkawinan itupun  urung di lakukan , meskipun prosesi budaya terus di lestarikan anak cucu dari waktu kewaktu. Di iringi gending Kebo Giro, Kepala Desa Karanglangu mewakili sosok Kedana di pertemukan dengan Kepala Desa Ngonbak mewakili figure Kedhini dalam sebuah prosesi memperingati pernikahan Kedhana – Kedhini yang batal dilakukan.

GREBEG GUNUNGAN DAN BOTOK NASIMANGUT

Setelah Panitra adhicara menceritakan kisah perjalanan dan pengembaraan Kedhana dan Kedhini sehingga menjadikan Desa Ngombak dan Desa Karanglangu, Kemudia acara di lanjutkan yaitu grebeg tumpeng dan grebeg Nasi buntel Botok Nasi Mangut. Yang kemudian diperebutkan oleh ribuan masyarakat yang datang, yang tidak hanya dari Desa Ngombak Melainkan Dari Desa –desa lain maupun dari luar daerah kabupaten Grobogogan. Dalam sebuah anggapan, meyakini bahwa siapa yang berhasil mendapatkan bungkusan Botok Nasi Mangut itu akan memperoleh rejeki yang melimpah dan bisa menyembuhkan orang sakit. Banyak pula mereka menggunakanya untuk di taburkan ke dalam sawah mereka agar menjadi subur. Terlepas dari benar atau tidaknya itu merupakan tradisi budaya yang patut di lestarikan dan di jaga terus menerus.

GEBYOK DAN TUBHO

Gebyuk adalah awal sebelum prosesi berlangsungnya Asrah Batin, Tepatnya dua pekan sebelum Acara Astah Batin. Gebyuk atau Ngkrabyok yang dalam bahasa Indonesia artinya menjaring atau menangkap ikan itu adalah syarat pertama yang harus di laksanakan oleh warga Ngombak. Dilakukan pada hari jumat pukul 14.00 WIB sampai selesai  sekitar sebelum Magrib.Kegiatan ini adalah untuk mencari ikan di sungai Tuntang (Kedung Miri). Berbondong-bondong Tua muda dan anak-anak dengan membawa perlengkapan menangkap ikan yang lengkap, warga Desa Ngombak pun Memadati  Kedung miri, salah satu pusaran sungai yang dalam tersebut. Warga yang laki-laki membawa Jaring,Jala dan ada pula yang menyelam di dasar sungai. Bagi yang perempuan dan ibu-ibu menggunakan Irik( sejenis Serok yang terbuat dari Bambu yang melingkar). Ikan yang paling di utamakan di dapat adalah ikan Mangut, , Ikan yang berbentuk lonjong dan bersisik putih, mirip ikan Wader tersebet adalah sebagai prasarat upacara Asrah Batin. Adapun sebagai tradisi yang tidak lepas dari unsur budaya, agama dan kejawan itu pun di iringi dengan doa-keselamatan dan kemudahan dalam mencari ikan.

TUBHO

Satu minggu setelah prosesi penangkapan ikan menggunakan alat-alat sederhana, kemudian dilanjutkan dengan acara massal yang di namakan dengan TUBHO. Tubho yaitu kegiatan mencari ikan masal yang dilakukan serentak semua warga Desa Ngombak. Yang diikuti ribuan masyarakat dari daerah-daerah lain. Acara ini merupakan panen raya Ikan yang sebelumnya selama dua tahun di jaga agar tidak di buru dengan racun ikan.

Untuk mengawali kegiatan ini,terlebih dahulu Modin (pemangku agama) dan Juru kunci mendatangi pendopo Kepala Desa, adapun dilakukan adalah untuk meminta restu dan kemudian Kepala Desa menyerahkan dua batang pohon Tebu Hitam untuk di bawa ke titik-titik lokasi  yang akan di obati Ikannya. Adapun titik lokasinya adalah tiga tempat, yang pertama di tepi jurang bawah pohon Besar yang merupakan Kedung keramat yang pertama, dekat dengan makam pendiri Desa Ngombak. Dengan melafaskan doa-doa dan tidak lepas dari unsur kejawennya sang Modin dan Juru Kunci memberikan persembahan makanan dan sesajen.

Lokasi persembahan kedua yaitu di Watu  wadas malang (yaitu batu cadas yang membendung setengah sungai). Seperti yang pertama,upacara persembahanpun dilakukan.

Menginjak ritual yang terakhir yaitu Titik pusat ritual, Tepatnya di Kedung Tumpeng yang keseluruhan prosesi ini merupakan alur Sungai Tuntang. Kedung tumpeng merupakan titik arus sungai yang memusar yang dalamnya belum pernah bisa di jajaki. Konon dalam sebuah cerita di dalamnya adalah sebuah Gua yang berpusar sampai KedungMiri. Kemudian  acara ini di lakukan dengan persembahan dan pemotongan Gunungan Tumpeng yang akan di bagikan kepada seluruh warga yang mengiringinya. Dan Puncak acara ini adalah TUBHO. Sang Juru Kunci membawa obat ikan yang dimasukan ke dalam Gentong besar, kurang lebih seberat sepuluh kilo gram obat ikan, kemudian di larung ke dalam Kedung untuk di pecahkan. Setelah sang Juru Kunci keluar dari air barulah serentak warga Ngombak dan ribuan  masyarat dari daerah lain bersama-sama mencari ikan, sejauh mata memandang,sejauh kurang lebih 20 kilometer masyarakat merasakan pesta ikan. Kegiatan yang berakhir dengan menyenangkan dan sakral dan patut dilestarikan.

insaya Allah Asrah batin yang akan jatuh pada hari ini, Minggu 6 November 2016. **As